Diceritakan
suatu ketika ada seorang mandor yang
sedang membangun sebuah gedung. Suatu hari, ketika ia tengah mengecek
pembangunan tersebut, ia mendapati bahwasannya lantai teratas gedung tersebut
masih belum terurus. Dia pun menengok untuk memanggil salah satu pekerjanya
supaya menyelesaikan pembangunan di lantai tersebut.
“Hai, pekerja! Kemarilah, di sini masih ada lantai yang perlu direnovasi!”, panggil sang mandor tersebut. Tetapi sepertinya si pekerja tidak mendengar panggilan sang mandor. Sang Mandor pun berpikir, bagaimana caranya agar si pekerja menengok ke atas.
Sang Mandor kemudian menjatuhkan sejumlah keping uang dari lantai atas, berharap agar si pekerja menoleh ke atas. Kepingan uang tadi jatuh tepat di depan pekerja itu. Bukannya malah menoleh ke atas, si pekerja tersebut malahan mengambil keping tersebut kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali. Sang Mandor menambah jumlah kepingan uang yang ia lempar, tetapi si pekerja malah melakukan hal yang sama, mengambil tanpa menghiraukan darimana asal kepingan uang yang jatuh tersebut. Karena kesal, akhirnya sang mandor mengambil kerikil dan melemparnya ke arah pekerja tersebut. “Pletak!”, kerikil itu tepat mengenai kepala si pekerja.
Seketika itu juga si pekerja menoleh ke atas untuk melihat asal kerikil jatuh tersebut. Terkejutlah si pekerja karena yang melempar kerikil tersebut adalah sang mandor. “Hei, cepat kesini! Ada lantai yang perlu direnovasi!”, kata sang mandor kepada si pekerja. Akhirnya pekerja itu naik ke lantai teratas untuk memenuhi panggilan sang mandor.
“Hai, pekerja! Kemarilah, di sini masih ada lantai yang perlu direnovasi!”, panggil sang mandor tersebut. Tetapi sepertinya si pekerja tidak mendengar panggilan sang mandor. Sang Mandor pun berpikir, bagaimana caranya agar si pekerja menengok ke atas.
Sang Mandor kemudian menjatuhkan sejumlah keping uang dari lantai atas, berharap agar si pekerja menoleh ke atas. Kepingan uang tadi jatuh tepat di depan pekerja itu. Bukannya malah menoleh ke atas, si pekerja tersebut malahan mengambil keping tersebut kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali. Sang Mandor menambah jumlah kepingan uang yang ia lempar, tetapi si pekerja malah melakukan hal yang sama, mengambil tanpa menghiraukan darimana asal kepingan uang yang jatuh tersebut. Karena kesal, akhirnya sang mandor mengambil kerikil dan melemparnya ke arah pekerja tersebut. “Pletak!”, kerikil itu tepat mengenai kepala si pekerja.
Seketika itu juga si pekerja menoleh ke atas untuk melihat asal kerikil jatuh tersebut. Terkejutlah si pekerja karena yang melempar kerikil tersebut adalah sang mandor. “Hei, cepat kesini! Ada lantai yang perlu direnovasi!”, kata sang mandor kepada si pekerja. Akhirnya pekerja itu naik ke lantai teratas untuk memenuhi panggilan sang mandor.
Pelajaran
apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut?
Terkadang
kita lupa dengan banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Kita
hanya terus ‘mengambil’ nikmat-nikmat tersebut tanpa ‘menghiraukan’ darimana nikmat-nikmat
tersebut berasal. Lupa untuk bersyukur kepada Allah, lalai dengan segala
kenikmatan yang kita punya, tanpa mau menoleh kepada Allah Yang Maha Memberi.
Baru menoleh ketika sudah mendapatkan ‘lemparan kerikil’ dariNya. Maka, jangan
sampai menunggu ‘lemparan kerikil’ untuk mengingat Allah. Senantiasa bersyukur
kepada Allah dengan apa yang kita punya, entah itu yang baik ataupun yang
kurang baik. Niscaya hati kita akan terus tenang dan Allah pun akan menambah
nikmatnya kepada kita.
“lain
syakartum, la aziidannakum, wa lain kafartum, inna
adzaabii lasyadiid..”
Komentar
Posting Komentar